Puisi Bunga Malam

Sabtu, 15 Desember 2012


 Ini puisi yang sempat hilang jejaknya gara - gara ikut lomba antologi undangan para penyair. Entah kelanjutan naskahnya gimana. Tapi udahlah ikhlasin aja :D . Makanya lebih baik sekarang di share ke pembaca blog :p siapa tau bermanfaat . Oke, happy reading guys :)



BUNGA MALAM
Lipstik merah jambu kau poleskan dalam rekah bibirmu. Menyapu sedikit gincu yang melewati lajur kecupmu. Kulit langsatmu merona meragu. Kini lesung pipimu tlah merindu senyuman tanpa sayatan. Kau merasa jejak melata tlah terikuti. Hingga derap jantung terpenjara dalam tulang. Terseduh pula aroma bunga malam, kau memang perempuan malang…
Payung birulah yang menjemputmu. Memasukkan pundakmu dalam mobil berkilat hitam. Kau masih tertunduk. Diiringi suara pungguk yang merindu rembulan. Malam ini begitu kelam, pasti kau tak sanggup berdiri sendirian.
Tersampai dari denting ranting yang menyembunyikan ceruk peraduanmu. Sepah, menyesap putik tak bersari diujung mata liarmu. Topeng gemulai memainkan aksi tanpa frekuensi. Dunia melembab…
Semburat tersirat diantara belantara yang menjalang. Memang malamlah yang merayu sebentuk kupu – kupu. Mengangguk dalam sengguk, mengadu pias hitam dalam hidup. Rajam perkataan semata tak pernah paham. Pandangan mereka selalu yang menggelinjang. Kau hanya menghela dalam dada.


MY BOOKS ^^


 
MELODI DEPRESI UNTUK NAZWA
By Hastami Cintya Luthfi
           
Melodi ini kan terus terpaut dalam nada, menyesap dalam senyum sakitmu, Ku disini temani ragamu,melepas karas tubuh dari hidup yang gelap, janganlah kau beri aku ilusi dalam bayangmu,gerak dawai ini membawa sayangku dalam melodi depresi…
Adam tersenyum haru ke arah Nazwa. Kasihan gadis itu, karena harus menjalani kehidupannya di ruang sempit ini. Bau ruangannya juga tidak sedap. “Hai Nazwa, kenalin aku Adam tetangga baru kamu, sekarang kamu punya teman selain Bik Pur,” kata Adam sambil membelai rambut Nazwa. Nazwapun mendongak lalu melemparkan bonekanya ke arah Adam. “Pergiiiiiiiiii, kamu jahat pergiii sanaa!”. Adam kaget karena  Nazwa berteriak histeris. Lalu Bik Pur mengajak Adam keluar. “Maaf Mas, mungkin Non Nazwa perlu adaptasi karena biasanya cuma saya yang baik sama dia!”.
            Siapakah  gadis itu? Gadis dalam kesendirian yang terkadang histeris…Lalu kenapa Adam menciptakan sebuah lagu untuk gadis itu??? Nah semuanya dapat kita jawab setelah membaca cerita ini secara keseluruhan…
            Penggalan Cerpen tersebut hanyalah salah satu dari 26 cerpen yang ada dalam buku Antologi Cerpen Ababil. Masih ada 25 cerita lain yang tak kalah menarik. Salahsatunya dari Creator UNSA, “Dang Aji Sidik”. 20 cerpen diambil dari lomba ABABIL yang dilakukan oleh KCCI. Padahal naskah yang masuk berkisar 89 naskah. Masih ragukah dengan kemampuan mereka??? :p hehe… dapat dipesan di www.leutikaprio.com

 *,* PUNDI PUNDI IMPIAN *,*
By HC Luthfi

27 Desember 2003
            Gelagat penyambutan tahun baru sudah mulai terlihat. Sebagian telah membunyikan petasan – petasan yang menjadi penghias malam. Betapa indahnya malam yang menyatukan melodi dalam serenade bulan dan bintang. Dalam kepangan rambut aku mulai terbius sepoi angin hingga menidurkanku dalam dengkur malam. Tak ku ketahui jika malam itu, Mamaku dibawa ke rumah sakit berperang mempertahankan nyawanya bersama adik bungsuku.
28 Desember 2003
            Rintih pagi perlahan mengusap dahiku. Aku gelimpangan mencari Mama yang tak ada disampingku ketika aku terbangun dari tidur. Ku ketahui dari Kakek bahwa semalam Mama dibawa ke Rumah Sakit bersama Nenekku. Persalinan Mamaku harus melalui sesar, begitu kata Kakekku. Sesar???Apa itu sesar?Apakah semacam operasi yang membahayakan? Aku sibuk beradu dalam ketidak pahaman. 

Berikut adalah penggalan cerpen Pundi - Pundi Impian yang terdapat di buku Event Tahun baru. Berikut sinopsisnya
Tahun baru selalu dilaksanakan pada tiap tahun. Tidak hanya tahun baru masehi, tetapi juga tahun baru china dan tahun baru hijriyah.
Banyak kisah yang terjadi dalam tiap pergantian tahun tersebut. Ada kisah seru, lucu dan mengharukan dalam buku ini. Kenangan yang tak akan bisa dilupakan oleh tiap orang. Mereka berusaha menuangkannya dalam tulisan yang dikemas secara menarik.
Mungkin kenangan itu juga kenangan masa lalu kita.
Buku ini adalah salah satu bacaan ringan yang ditulis berdasarkan kisah nyata para penulis. Mengajarkan bagaimana menyikapi moment tahun baru tanpa menggurui pembaca.
Memberikan kisah yang inspiratif, mengharukan, dan membuat tersenyum geli untuk para pembaca.

Kontributor :
Wahyu Trinarningsih, Jasmine Haniaraya, Himmah Mahmudah, Dee Dyantry, Biolen Fernando Sinaga, Maria Ulfah, Kardiana Izza Ell Milla (Icha), Cha Canlierz, Rainy Safitri, Roy Adiputra, Ummu Fatimah Ria Lestari, Lily Zhang, Alin You, Syifa Enwa, Ika Althafunnisa, Oshira Dinda, Nuna Margie, Nenny Makmun, H.C Luthfi, Avisa Guritna, Dien Ilmi, Suminah, Mita Juniar, Tsuraya Widuri, Irni Fatma Setyawati, Zahara Putri, Risahmawati, Saepullah,  Nay Riskara, Nyi Pede, Suparno
dapat dipesan di AE Publishing 




*,* HIKMAH SAMUDERA KESABARAN *,*
By HC. Luthfie dan Keluarga HSK "Derai - Derai Perpisahan"
*,* EKSPRESI CINTA UNTUK SBY *,*
By HC. Luthfi dan warga PNBB
*,* E-CA MOMENT 2 *,*
By HC Luthfi dan Warga Es Campur "Puisi Kiasan Mata"

CERPEN ISLAMI ^^

Rabu, 26 September 2012

KEKASIH HAKIKI

              Suasana pagi ini begitu cerah diiringi guguran daun kecoklatan yang melepas lelah. Dibalik pohon yang hanya beranting itu tumbuh pakis haji dan bunga euphorbia yang ditata melingkar. Nazwa tersenyum sejenak sambil menghirup aroma tanah bekas hujan semalam. Madrasah Aliyah Negeri, ya sekolahnya itu memang sekolah paling manis dan sejuk diantara sekolah yang pernah ia temui. Kini Nazwa melewati lorong untuk menuju kelasnya. Sekilas ia teringat seseorang saat melewati kelas  XI IPA 2. “Ah Rowi? Apa ia sudi membalas suratku kemarin?” gumam Nazwa dalam hati. Rowi Handika Wiratama, laki – laki itu berhidung mancung karena ayahnya keturunan Arab. Rowi pintar sekali membaca Al – Qur’an dan seringkali menjuarai lomba kaligrafi. Itulah yang sering kali membuat Nazwa berdegup jantungnya saat berpapasan dengan Rowi. Meskipun tak sempat saling pandang karena saling menjaga mata, namun Nazwa ingin  mengungkapkan perasaannya pada Rowi. Hingga akhirnya kemarin Nazwa menulis surat cinta untuk Rowi. “Nekat!” yah itulah yang ada dibenak Nazwa. Apa salahnya akhwat menyatakan duluan?
              “Neng?” sapa seorang penjaga sekolah memanggil Nazwa. Nazwa menoleh “Ada apa, Mang?”, tanya Nazwa lembut. “Afwan, Eneng namanya Nazwa kan?”. “Iya memangnya kenapa, Mang?” tanya Nazwa heran. “Ini ada titipan surat untuk Neng Nazwa!” ujar Mamang itu sambil menyodorkan surat beramplop putih. “Dari siapa?” sahut Nazwa cepat. “Wah, Mamang juga kurang tau!”. “Akhwat atau ikhwan, Mang?”. “Ikhwan, Neng!” ujar Mamang itu sambil terus menyapu. Nazwa langsung berfikir kalau itu adalah surat jawaban dari Rowi. Segera ia membuka surat itu dan ternyata isinya
“ Maaf Ukhti Nazwa, saya tidak bisa menerima
Ukhti Nazwa karena saya sudah mempunyai kekasih”
                                                TTD Rowi Handika
              Nazwa terhenyak membaca surat tersebut. Ternyata ia ditolak oleh ikhwan tampan tersebut. Tak hanya itu, Rowi sudah punya kekasih? Siapa? Selama ini Nazwa belum pernah menjumpai Rowi jalan bersama wanita. Bahkan mungkin Rowi terlalu sibuk mengurusi organisasi – organisasi disekolah. Tanpa sengaja bulir – bulir bening mengalir dipipi Nazwa. “Ya Allah, salahkah aku mencintainya?” gumamnya.
              Nazwa segera naik tangga menuju kelasnya. Air matanya tetap mengalir dan sebagian ia usap dengan jilbab putihnya. Ia sungguh kecewa dengan sikap Rowi. Ia merasa perasaannya sama sekali tidak dihargai. “ Masya Allah, Nazwa kamu kenapa?” tanya Fathiya melihat teman sebangkunya datang dengan derai air mata. Nazwa hanya mampu menyodorkan surat dari Rowi. “Jadi kamu kemarin nekat mengirim surat ke Rowi? Kenapa kamu, Naz? Tidak biasanya kamu berani menyatakan perasaan sama ikhwan?” tanya Fathiya bertubi – tubi. “Memangnya salah aku punya rasa cinta padanya, Fa?” Nazwa justru balik bertanya.
              “Bukan seperti itu Naz, cinta itu memang fitrah dari Allah namun kita harus bisa mengendalikannya, jangan sampai cinta itu berlebihan. Kita ini masih kelas XI, perjalanan kita masih jauh. Lagipula jodoh itu sudah ditentukan sama Allah, kita tidak perlu mencari karena suatu saat pasti akan di datangkan kalau sudah tiba waktunya”
              “Tapi hatiku terlanjur sakit Fa, dia sudah punya kekasih!” kata Nazwa sesenggukkan. “Rowi punya kekasih? Mungkin kamu salah paham Naz, sepertinya Rowi menjauhi hal – hal berbau zina seperti keterikatan dalam kata “pacaran”. Sudahlah, jangan menangis lagi Naz, kalau memang kamu bagian dari tulang rusuk Rowi pasti suatu saat akan dipertemukan kembali, ayo senyum Cantikku!”  kata Fathiya menghibur sahabatnya sejak kecil itu. Nazwa menyeka air mata dan tersenyum. Hatinya lebih baik sekarang. Bel masuk pun berbunyi. Mereka pun mengikuti pelajaran ilmu Fiqih yang disampaikan Pak Fahrozi.
              Disela – sela pelajaran, Pak Fahrozi membahas makna pacaran kepada para murid. “Banyak dari kalian yang sudah mengenal “pacaran” padahal dalam Islam tidak ada kata pacaran melainkan khitbah atau taa’ruf yang artinya menikahi dalam waktu dekat, mungkin ada yang bisa menjelaskan sisi positif apa saja ketika kita pacaran?” ujar Pak Fahrozi lantang. “Dapat menjadi penyemangat belajar, Pak!”  seru Bahrul sang ketua kelas. “Baiklah ada yang lain?” tanya Pak Fahrozi lagi. “Hmm, dengan pacaran kita bisa mengenal karakter lawan jenis Pak!” sahut Surya. Anak – anak pun bergantian mengutarakan pendapatnya.
               “Nah, sekarang gantian kita sebutkan sisi negatif dari pacaran menurut padangan umum maupun pandangan Islam!” perintah Pak Fahrozi. “Zina, Pak! karena biasanya orang pacaran itu sering berdua – duaan” cetus Fathiya cepat. “Menghabiskan uang saja, Pak, cewek zaman sekarang kan matre!” jawab Jojo sambil nyengir diikuti sorakan teman – temannya. “Perkataan Jojo ada benarnya, pacaran pasti mengeluarkan uang baik ketika makan bersama ataupun membelikan kado untuk pacarnya padahal kalian sendiripun belum berpenghasilan. Kalian masih minta uang pada orang tua kan?” tanya Pak Fahrozi. “Masiiiiih Pak” sahut anak – anak serentak. Kesimpulannya kalau kita fikir – fikir pacaran itu lebih banyak sisi negatifnya dibanding sisi positifnya. Fathiya melirik Nazwa sejenak, ia berharap Nazwa dapat menyadari perkataan Pak Fahrozi. “Anak – anak, belum lagi pacaran itu pasti mendekati zina, dalam Qur’an surat Al – Isra’ dijelaskan bahwa : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”. Zina itu juga bisa dilakukan oleh mata. Apabila kalian tidak menjaga mata, mengumbar pandangan maka itu juga disebut zina.
              “Pak, tapi kan manusia itu diberi anugrah cinta oleh Allah, apa salah kalau kita ingin mengungkapkan perasaan itu?” ujar Nazwa akhirnya buka suara. “Begini Naz, menyatakan cinta sebagai kejujuran hati itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam, namun Islam hanya memberikan batasan – batasan antara boleh dan tidak boleh hubungan antara laki – laki dan perempuan yang bukan suami istri” jelas Pak Fahrozi diselingi senyum wibawanya. Nazwa mengangguk kecil. Ia mulai mengerti sekarang. “Alhamdulillah, syukron Pak Fahrozi atas nasehatnya” ucap Nazwa dalam hati. Nazwa pun bisa mengikuti pelajaran dengan tenang tanpa memikirkan kekalutan hatinya lagi.
****
              Keesokan harinya Fathiya pergi ke rumah Nazwa. Kebetulan hari itu hari minggu. “Tok…tok ...tok …Assalamualaikum” seru Fathiya sambil mengetuk pintu depan rumah Nazwa. “Waalaikumsalam…eh Fathiya , masuk saja, Nazwanya ada di kamar atas!” sambut Umi Nazwa ramah. Fathiya segera menuju kamar Nazwa setelah meminta izin dengan sopan pada Uminya Nazwa. “Hey Naz, lagi ngapain? Jalan – jalan yuk?” ajak Fathiya. “Mau kemana?” tanya Nazwa sambil membereskan kertas –kertas coretan diatas meja belajarnya. “Yah keliling – keliling komplek aja, sambil ke rumah Ukhti Afifah ambil jahitan bajuku, mau kan?”. “Iya” sahut Nazwa. Setelah Nazwa memakai jilbab abu - abunya, mereka berangkat naik sepeda.
              “Ukhti lagi sibuk apa?” tanya Nazwa sesampainya diteras  rumah Ukhti Afifah. “Eh kalian, silahkan masuk, afwan Ukhti lagi buat buletin untuk anak – anak pondok pesantren” terang Ukhti Afifah ramah. “Tentang apa, Ukh?” giliran Fathiya yang bertanya. “Tentang hubungan pacaran anak – anak sekarang, Ukhti prihatin banyak yang jadi korban zina atas hubungan kedekatan tersebut, Fa!”. “Ya memang zamannya sudah jauh dari agama Ukhti, sekarang kebanyakan remaja tidak memikirkan masa depan, bahkan sampai menggadaikan urusan dunia yang sangat murah dibanding dengan akhirat yang kekal dan mahal harganya” ujar Fathiya lagi. “Nah itulah yang jadi masalah, makanya Ukhti membuat buletin untuk sekedar memberikan motivasi, Oh ya Fathiya kamu mau mengambil jahitan yang kemarin kan?”. “Iya Ukhti”.
              Saat itu juga, Nazwa teringat perkataan Ukhti Afifah barusan, juga perkataan Pak Fahrozi kemarin. Pacaran memang banyak mudharatnya apabila belum waktunya. Kini ia bertekad untuk serius pada sekolahnya dan bisa masuk perguruan tinggi di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Yah seperti impiannya. Ia yakin, Allah pasti akan memeluk impian – impian itu. Amiinn.
****
              Senin tiba, dan hari ini adalah hari Maulid Nabi. Seperti biasanya sekolah Nazwa mengadakan peringatan terhadap hari kelahiran Nabi Muhammad SAW tersebut. Tak lupa diramaikan oleh Hadroh di sekolah Nazwa. Ia memegang rebana. Tak disangka ternyata Rowi menjadi panitia acara tersebut. Rowi terlihat mengatur siswa – siswa di pelataran dan ia bersiap memberikan sambutan. Rowi tersenyum melihat Nazwa. Namun Nazwa menundukkan pandangannya.
              Seusai acara tersebut, ada istirahat selama 15 menit. Nazwa dan Fathiya memilih menuju taman sekolah untuk membaca novel Habiburrahman El – Shirazy yang kemarin mereka pinjam diperpustakaan. “Assalamualaikum Ukhti Nazwa dan Ukhti Fathiya!” sapa Rowi lembut. “Waalaikumsalam Akhi Rowi, ada perlu sama siapa?” sambut Nazwa. “Afwan saya mau menyampaikan sesuatu kepada Ukhti Nazwa, begini Ukhti saya mau minta maaf soal yang kemarin, tentang surat Ukhti pada saya, kemarin yang saya maksud kekasih adalah kekasih Hakiki yaitu Allah SWT, menurut saya belum waktunya kita mengejar kekasih dunia jadi saya tidak bisa menerima Ukhti Nazwa kemarin” ujar Rowi. “Sudahlah Akhi tidak ada yang salah, lupakan soal yang kemarin, sekarang saya ingin bertanya apa Akhi Rowi masih mau menjadi teman saya?”. “Tentu Ukhti, kita sesama muslim memang harus menjaga hubungan baik satu sama lain” jelas Rowi sambil membetulkan pecinya. “Terima kasih Akhi”. “Kalau begitu saya mau ke ruang Osis dulu ya Ukhti karena sebentar lagi akan ada rapat anggota Osis” kata Rowi lagi. “Iya silahkan”.
              Nazwa tersenyum kearah Fathiya yang sedari mendengar pembicaraan mereka. “Benar kan kataku? Rowi pasti belum punya kekasih dunia melainkan kekasih Hakiki yaitu Allah” seru Fathiya. “Ya memang seharusnya begitu, sekarang aku juga mau fokus dengan ibadah dan sekolah” kata Nazwa. “Nah gitu donk baru sahabatku, nanti kalau sudah saatnya pasti akan dipertemukan dengan pangeran pilihan Allah!” sahut Fathiya. “Iyaa..amiin makasih ya sahabatku!” ujar Nazwa sambil mencubit pipi Fathiya. Mereka pun tertawa bersama ditengah keindahan langit biru ciptaan Allah yang Maha besar.

*SELESAI*





                                                                                                                                     
Don't forget to leave comment :)