PUISI TENTANG KOTA PADANG

Selasa, 26 Maret 2013

 Assalamualaikum.. Kembali dengan postingan puisi. Kali ini adalah puisi yang di ikutkan ke lomba menulis nusantara bertema "Kado untuk Kota Padang tercinta". Sayangnya cuma berhenti di 150 besar. Jadinya gagal dapat hadiah tour kepenulisan ke Malaysia.. Huwaaha :D terus semangat ikut lomba! Happy reading to you all..  -HC





PADANG MASIHKAH BERDENDANG?

(1)
Secawan harap kau atur di perantauan alur bayur
Melatahkan sendawa pada ilalang kencana Padang Panjang : membudaya
Bersama karas menetas di Batang Arau yang menghilir di mahligai tabir

(2)
Tetap kau kenang panggada Bima yang menimbun moyang Sang  Padang
Hingga merunduk di balik tanduk yang menyeringai di bilik Sang Gadang
Kau sempatkan menyantap kaba bersahaja yaitu rengat Siti Nurbaya
Mengumbar gelitik rindu yang membingkai sisik hati

(3)
Oh…Padang masihkah berdendang ?
Belum sempat kau haturkan helaian pucuak rabuang
Padang telah tergeletak di pangkuan : merajam kehidupan
Timangan alam penuh gelagat yang meretas rintih
Kau merajuk para rusuk agar tetap menampung nafas di sela reruntuhan
                       
(4)       
Padang masih meradang disertai gelimpang
Namun ranah Minang bukanlah senja berjubah manja

(5)
Sesaat kau muncul di peraduan menghadap barat
Mereguk nestapa kemudian terpekur dalam siluet doa
Mencumbu haru di Kota Padang tercinta
Disaksikan pesona juwita yang membahana
Bukan lagi lemah menghujan ,
melainkan diiringi dendang sepotong rendang

CERACAU SANG INSPIRASI

Senin, 18 Maret 2013



Segelas perekat hitam terseduh dalam ironi pagi,
tanpa basa – basi mulai mengendus imaji diatas meja berkaki
dia memaki “Bait – bait ini tak bermakna!”

Duduk terkantuk hingga terantuk sisi – sisi ilusi dan
mulai menanyakan “Inikah yang kau sebut diksi?”

Seikat kepala hanya mampu berpacu pada personifikasi lugu
“Angin  menari – nari disekelilingmu”

Teruntuk pulas – pulas senja dalam coretan karya platonik
yang memicik

Sang inspiran masih berceracau “mainkan pena telunjukmu”

Hembus nafas termaktub bertubi – tubi hingga lembaran
melayang, meluruh dan menyentuh tanah : melemah

Mulai menyerah “Aku tak sanggup meraba citraan pendengaran”

Kalimat – kalimat sengau yang terintimidasi
menuntut sebuah puisi serasi

Termaki lagi “Bodoh! Puisi itu dari hati,
jangan pikirkan gemeretuk gigi tanpa inspirasi”

Don't forget to leave comment :)